Assalamualaikum Wr., Wb.
ONCE UPON A TIME Episode 3
(Bagian 1)
‘Snow Falls’
Negeri
Dongeng
Sebuah kereta berkuda berjalan di
tengah hutan. Di dalamnya ada Pangeran Charming dan tunangannya. Bukan, bukan
Snow White. Tapi orang lain, aku belum tau nih namanya.
Charming bertanya pada bagaimana
pendapat tunangannya tentang perjalanan mereka. Tunangannya jawab, “Aku pernah
lihat yang lebih baik. Ini akan lama. Sudah kubilang jalan troll lebih cepat.
Dan jauh lebih rata.” Beuh, sombong kali cakapnya. Kesan pertama aku kurang
suka dengan karakter tunangan Charming.
Charming malah asyik melihat
sebuah tas kecil atau dompet lah kubilang. Tiba-tiba kereta berhenti. Charming
meninggalkan dompet itu di kursi kereta dan keluar melihat apa yang terjadi.
Ternyata ada pohon tumbang dan
Charming memeriksa pohon itu. Charming menemukan keanehan bekas patahan pohon,
patahannya rapi, seperti sengaja ditebang untuk menghalangi jalan.
Charming langsung menyadari kalau
itu jebakan. Tapi terlambat, perampok sudah mengambil dompet Charming yang di
dalam kereta. Tunangannya histeris melihat perampokan di depan matanya.
Perampok itu melarikan diri
dengan kudanya. Charming segera mengambil kuda prajuritnya dan mengejar
perampok itu. Tak lama Charming bisa menjatuhkan perampok itu dari kudanya. Dan
segera menghampiri perampok itu yang ternyata seorang perempuan. Oh, ya ampun!
Snow White!
Eh, kayaknya cerita ini berjalan
mundur, he eh, ini kayaknya menceritakan pertemuan pertama Charming dengan Snow
White.
Snow mengambil batu memukul
Charming dan dengan sigap kabur dari tempat itu. Karena sadar tak bisa
mengejar, dia cuma bisa berteriak marah pada Snow, “Kemana pun kau pergi, aku
akan menemukanmu!” sambil mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Sedang Snow
melihat ke arah Charming dengan tersenyum senang karena dia bisa kabur.
Dunia Nyata
Mary sedang minum di kafe Nenek.
Ternyata dia sedang kencan dengan dokter yang merawat John Doe, Si Charming di
dunia nyata. Si Dokter bertanya tentang anak-anak Mary yang berjumlah 15 orang.
Busyet! Banyak amat! Tentu aja Mary menyangkal, anak-anak yang banyak itu maksudnya adalah
murid-muridnya. Hahaha, oh gitu....
Rupanya Mary punya program
semacam study tour ke rumah sakit Si Dokter untuk murid-muridnya. Mereka akan
jadi suka relawan. Nampaknya Si Dokter menyetujuinya.
Kembali bicara soal anak. Mary
tentu nggak mau punya 15 anak, banyak gitu! Kayak mana ngasih makannya ya? Tapi
Mary memang menginginkan anak, menikah dan punya cinta sejati.
Si Dokter malah nggak fokus
dengar kata-kata Mary. Perhatiannya malah tertuju pada si pelayan seksi yang
lagi melayani pelanggan di belakang Mary. Ya ampun! Dasar mata keranjang! Dan Mary menyadarinya! Dia nggak mau
melanjutkan kencan pertama itu. Dia segera memnggil pelayan seksi itu yang
ternyata bernama Ruby. Mary meminta Ruby membawa bill tagihan mereka. Kayaknya
Mary yang bayar deh! Ckckck!
Mary pulang dengan jalan kaki.
Mukanya ditekuk! Siapa yang nggak kesal coba! Aish...
Jam besar di tengah kota menunjukkan pukul
21.40. Mary melihat mobil Emma yang terparkir. Dia penasaran. Ternyata Emma
lagi baca koran di mobilnya, pake senter! Kayaknya dia lagi cari lowongan
kerja.
Mary menebak kalau Emma berencana
tidur di mobilnya malam ini. Emma mengiyakan sampai dia dapat tempat tinggal.
Dia kan udah diusir dari penginapan gara-gara perintah Regina pada Nenek
pemilik penginapan.Mary senang Emma memutuskan untuk tinggal demi Henry.
Emma keluar dari mobil dan
menanyakan kenapa Mary keluar malam-malam. Mary jawab daia ada kencan. Emma
bisa nebak kalau kencannya pasti berantakan! Hahaha. Emma bilang setidaknya
cowok itu yang bayar. Mary menggeleng! Kan bener! Mary yang bayar! Ah! Keseel!
Mary menawarkan tinggal di
rumahnya, ada kamar kosong katanya. Emma menolak, dia tidak terbiasa berbagi
kamar dengan orang lain, lebih baik dia cari etmpat sendiri. Mary mengerti,
“Good luck with Henry,”katanya. Dia pun pulang.
Besoknya. Terlihat Mary dan
murid-muridnya di rumah sakit, mereka membantu apa yang bisa dibantu. Mary
heran melihat Henry malah ada di kamar John Doe.
Mary memanggilnya untuk membantu
dekorasi. Henry bertanya apa Tuan Doe akan baik-baik saja? Mari bilang namanya
bukan John Doe, itu hanya panggilan orang-orang pada Tuan Doe karena mereka
tidak tahu nama sebenarnya.
Henry bertanya siapa Doe
sebenarnya. Mary jawab tidak tau, Doe sudah tidak sadar seperti itu sejak dia
jadi sukarelawan. Henry tanya lagi apa Doe tidak punya tema atau keluarga? Mary
bilang tidak ada yang mengakuinya. Henry ingin memastikan apa Mary benar-benar
tidak mengenalnya? Hahaha. Kan menurutnya Doe itu Si Charming jodohnya Mary
yang menurutnya lagi adalah Snow White.
Mary menggelang dan mengajak Henry keluar dari kamar itu.
Henry ada di kastilnya bersama
Emma.
Henry menunjukkan gambar Charming
dan bilang pada Emma dia tau siapa ayah Emma, Prince Charming. Charming sedang
koma di rumah sakit. Lihatlah luka di kepalanya, tunjuknya pada Emma.
Emma Cuma bilang banyak orang
punya bekas luka yang sama. Henry ngotot, di tempat yang sama! Tidakkah Emma
menyadari apa artinya? Kutukan memisahkan mereka, terpisah karena koma. Mereka
harus memberitau Nn. Blancard (Mary) kalau mereka sudah menemukan Prince
Charming-nya.
Emma setuju, tapi apa itu tidak
menyakiti Mary jika mereka memberitau seseorang yang dicarinya sedang koma, itu
menyedihkan! Henry membujuk, bagaimana kalau dia benar dan mereka sudah tau
siapa Doe dan Mary sebenarnya.
Apa rencana Henry? Ternyata
membuat mereka mengingat masa lalunya. Mereka harus membacakan kisah di buku
dongeng itu pada John Doe. Emma tampak berpikir, dia akhirnya setuju, yeay!
Kemakan bujukan Henry dia! Henry aja
sampai tidak yakin. Hehehe. Emma bilang dia yang akan bicara pada Mary.
Mary menyiapkan dua cangkir cream
dan meletakkan kayu manis di dalamnya. Untuknya dan untuk Emma. Hmm... kesukaan
mereka sama!
Mary bertanya, apa dia harus
membaca untuk pasien koma. Emma jawab kalau itu adalah ide Henry untuk membuat Doe ingat siapa dirinya
sebenarnya.
Menurut Henry, Doe itu siapa? Tanya
Mary.
Tanpa ragu Emma jawab, “Prince
charming.”
Mary bilang, “Kalau aku Snow White, maka dia...
aku dan dia....” Mary tidak sanggup meneruskan kalimatnya. Hahaha.
Emma bilang imajinasi Henry
sangat aktif, dia tidak bisa menjelaskan ketidakbenaran yang Henry yakini, jadi kita harus menunjukkannya.
“Dengan mengikuti
permainannya?” tanya Mary.
“Lakukan apa yang dia katakan,
lalu mungkin...” bujuk Emma
Dan Mary langsung meneruskan,
“Henry akan melihat kalau tidak ada yang seperti dongeng itu, cinta pada
pandangan pertama atau ciuman pertama. Dia akan melihat kenyataannya.” Emma
mengiyakan.
Mary bilang ini adalah rencana
yang agak jenius, membuat Henry melihat kebenaran tanpa menyakitinya. Emma
memberikan buku dongeng itu dan berjanji mereka akan bertemu besok pada sarapan
pagi di kafe Nenek dan Mary harus siap dengan laporannya.
Mary bilang sepertinya dia harus
bersiap dengan kencannya.
***
Mulailah Mary berkencan dengan John Doe, di rumah sakit. Kencan yang aneh, hehehe.
“Dengar, aku tau ini aneh, tapi
aku melakukannya untuk... seorang teman. Jadi, tetaplah mendengarkan.”
Mary membuka asal buku dongeng
itu dan membacanya. Pas pula dengan kejadian pencurian dompet Charming.
“Ketika pangeran mengejar
pencuri dengan kuda melalui hutan
berbahaya, tunangannya menyilangkan lengannya dan mencibir berapa lama lagi
waktu yang membosankan ini akan berlalu dan melanjutkan perjalanan lagi.
Pancuri itu melompat dari jatuhnya.
Mereka tidak membutuhkan kata-kata untuk mengungkapkan ekspresi mereka, apa
yang dirasakan hati mereka. Dan di sinilah, di dalam bayangan jembatan troll,
cinta mereka tumbuh. Di mana mereka tau, tak peduli seberapa jauh mereka
berpisah, mereka akan selalu...!” Ucapan Mary terhenti karena tiba-tiba Doe
memegang tangannya! Ups! Mary terkejut.
Mary dan dokter (yang mata
keranjang itu, loh!) berlari-lari menuju kamar Doe dengan terburu-buru.
“Aku yakin dia bangun. Dia
memegang tenganku.” Jelas Mary pada dokter.
Dokter langsung memeriksa Doe,
Sedang Mary tersenyum senang. Tapi dokter bilang tidak ada yang berubah, semua
seperti biasa. Dokter bertanya apa yang dilakukan Mary di sini.
Mary bilang dia hanya membacakan
sebuah cerita. Dokter bilang pasti Mary tertidur dan berhalusinasi. Tentu saja
Mary menyangkal. Dokter meyakinkan kalau tidak ada yang berubah dengan Doe.
Mungkin terjadi Fluktuasi (aku nggak ngerti apa artinya!) karena sebuah bacaan.
Mungkin kau mendengar suara mesin register (ini apa lagi artinya?) dan kau
salah paham. Dokter meyuruhnya pulang dan istirahat, kalau ada perkembangan dia
akan menghubungi Mary.
Walaupun Mary ingin menjelaskan
lagi tapi dia menuruti dokter dan tak lupa dia membawa buku dongengnya.
Lalu dokter (oh, namanya dr.
Whale) menelpon seseorang. “Kau menyuruhku memberitaumu kalau ada perubahan
pada John Doe. Sesuatu terjadi.” Kan! Berati dia bohong sama Mary. Memang ada
perkembangan dengan Doe!
Ternyata yang diteleponnya
adalah... yap! Regina!
Regina terkejut. Dr. Whale menjelaskan kalau seorang sukarelawan mengatakan Doe memegang tangannya. Ada rangsangan fluktuasi dari aktifitas otak.”
Regina terkejut. Dr. Whale menjelaskan kalau seorang sukarelawan mengatakan Doe memegang tangannya. Ada rangsangan fluktuasi dari aktifitas otak.”
Regina penasaran siapa
sukarelawannya.
Dr. Whale menjawab, “Mary
Margaret Blanchard.” Bisa dibayangkan kan reaksi Regina. Aissh, dia kesal
setengah mati.
Di kamarnya, Mary membuka buku
dongeng itu lagi. Kayaknya dia mulai penasaran deh! Dia membuka asal buku itu
dan menemukan halaman yang bergambar Snow White sedang menenteng lentera.
Negeri
Dongeng
Snow White menenteng sebuah
lentera, lalu meletakkannya di sebuah meja.
Dia memasukkan barang-barangnya
ke dalam sebuah kantung. Tak lupa dia memakai sebuah kalung yang mainannya
berbentuk love, kayaknya ada isinya tapi belum tau apa itu. Lalu dia menutup
kepalanya dengan mantelnya. Dia terburu-buru sekali. Oo iya, dia kan pencuri
yang dalam pengejaran Charming!
Snow keluar dari tempat
persembunyiannya yang ternyata sebuah pohon besar yang dilubangi. Dia menatap
sebentar pohon itu lalu beranjak pergi.
Belum berapa langkah, eh dia
masuk perangkap yang dibuat oleh... Charming!
Snow histeris. Dia
berteriek-teriak minta tolong.
Charming datang dengan tertawa
puas, “Aku kan sudah bilang akan menemukanmu! Tak peduli papun yang kau
lakukan, aku akan tetap menemukanmu. ”
Snow protes, “Apa ini
satu-satunya cara menjebak wanita?”
“Ini satu-satunya cara menangkap
pencuri.”
“Apakah kau benar-benar Prince
Charming?”
“Kau tau aku punya nama.”
“Tak peduli! ‘Charming’ cocok
untukmu. Sekarang turunkan aku, Charming!”
“Aku akan melepaskanmu jika kau
mengembalikan kantung kulit (oh, aku malah bilangnya dompet, hehehe) dan perhiasanku.”
Mereka masih berdebat. Saat
Charming tanya di mana perhiasannya, Snow bilang dia sudah menjualnya. Tentu
aja Charming kaget. Di kantung itu ada cincin ibunya yang akan diberikannya pada
tunangannya.
Snow langsung menebak, “Gadis
yang punya sifat buruk itu?!”
“Dia tunanganku.” Jawab Charming
tak terima.
Snow tersenyum agak-agak mengejek
gitu, “Kau pasti mendapatkan sesuatu yang mengesankan hingga menyetujui
pertunangan itu.” Hahaha. Tentu aja Charming makin tak terima, “Maaf,” katanya,
masih mencoba sopan pada Snow.
Snow malah berkoar, “Cinta
sejati? Itu tidak ada. Pernikahanmu pasti karena dijodohkan dan berhubungan
dengan transaksi bisnis. Tak ada cinta pada pandangan pertama atau ciuman
pertama.”
Charming jengah mendengarnya,
ingin menjawab tapi Snow malah makin menyudutkannya.
“Biar kutebak,” kata Snow.
“Kerajaannya pasti ingin merebut kerajaanmu. Apa pernikahan ini uasaha terakhir
untuk menghindari perang?”
Charming mulai emosi, “Ini bukan
perebutan, tapi penggabungan. Dan ini bukan urusanmu! Kita buat perjanjian. Aku
akan menurunkanmu dan kau bawa aku pada siapa yang memiliki perhiasanku itu.
Lalu kau mengembalikan cincin itu padaku.”
Snow bertanya kenapa ia harus
melakukannya.
“Karena kau pasti tidak mau orang
lain tahu siapa dirimu sebenarnya,” kata Charming mengambil sesuatu dari dalam
bajunya. Snow penasaran apa yang diambil Charming.
“Snow White.” Ternyata Charming
mengeluarkan sebuah kertas yang tertulis ‘WANTED’ dan di bawahnya ada gambar
wajah Snow yang dianggap sebagai pemberontak Ratu. Snow tampak berpikir. Charming
mengancam, “Bantu aku mendapatkan cincinku atau aku akan membawamu pada Ratu.”
“Baiklah. Aku kan membantumu
mendapatkan cinta sejati.” Kata Snow dengan pasrah. Charming mengambil
pedangnya dan menebas tali jebakan yang menjerat Snow.
Dunia
Nyata
Emma dan Henry menunggu Mary di
kafe Nenek (untuk seterusnya aku akan menyebut Nenek dengan Granny). Henry
meminjamkan baju ibunya pada Emma karena kayaknya Emma gak punya baju ganti. Begitu
melihat Mary masuk, Emma mengingatkan agar Henry jangan terlalu berharap
tentang John Doe.
Mary bergabung dengan mereka.
Tanpa basa-basi ia memberitau kalau Doe bangun! Wahaha, Emma kaget, berbanding
terbalik dengan prasangkanya. Sedangkan Henry senang, “Aku tahu,” katanya.
Mary mnjelaskan kalau bangun yang
dimaksudnya Doe bukan sadar, tapi Doe memegang tangannya.
Henry penasaran apa kata dokter.
Mary bilang kalau dokter mengatakan kalau ia hanya berhalusinasi. Mary tak terima,
dia tidak gila, karena dia yakin itu benar terjadi. Henry menyarankan kalau
mereka harus menemui Doe lagi dan membacakan buku itu lagi. Mary langsung
mengajak Henry pergi.
Emma yang baru sadar dari
kagetnya mencoba menghalangi mereka berdua. “Kau tidak percaya!” katanya pada
Mary. Mary bilang dia memang tidak percaya kalau Doe itu Prince Charmiing, tapi
entah kenapa dia merasa punya hubungan dengan Doe.
Sesampainya di rumah sakit, Henry
langsung dicegah sama Sherif yang bilang kalau Doe hilang! What? Mereka bertiga
kaget. Kok bisa?
Mereka langsung melihat ke arah
kamar Doe. Dan kalian tau siapa yang di dalam? Ada Regina lagi berkacak
pinggang sedang menatap tajam ke arah mereka.
Regina keluar dan bertanya apa
yang Emma lakukan di sini. Lalu dia menarik Henry dan bilang kalau Henry sudah
berbohong karena katanya dia ada di tempat bermain. Mary bertanya kemana Doe?
Apa ada yang membawanya pergi? Sherif menjelaskan kalau infusnya dilepaskan
tapi tidak ada tanda pengrusakan.
Henry langsung bertanya pada
Regina, apa yang sedang dilakukan ibunya? Regina menyangkal kalau ini ada
hubungan dengannya. Emma langsung nyosor dengan berkata, “Heran, kenapa
walikota ada di sini?”
Regina bilang karena dia adalah
kontak darurat Doe. Mary tanya apa Regina mengenal Doe? Regina jawab dia
menemukan Doe setahun yang lalu di pinggir jalan, tanpa identitas. Jadi dia
membawanya ke rumah sakit.
Dr. Whale yang jelas-jelas
pendukung walikota, terang aja membela dengan bilang kalau Regina telah
menyelamatkan nyawa Doe dan bilang kalau mereka harus membawa Doe kembali
karena kalau tidak, ya.... gitu deh!
Emma bilang, ya udah, ayo kita
cari.
Tapi Regina bilang ini bukan
urusan Emma. Karena dia tidak bisa menjauhkan Emma dari Henry, maka dia yang
akan menjauhkan anaknya itu dari Emma. Selamat memakai pakaianku, kata Regina,
karena cuma itu yang bisa Emma dapatkan. Lalu dia memerintahkan Sherif untuk
segera mencari Doe. Dia menarik Henry pulang bersamanya. Emma dan Mary hanya
terdiam melihatnya.
Sherif bertanya pada dr. Whale,
kapan terakhir dokter melihatnya? Dr. Whale bilang sekitar 12 jam yag lalu.
Lalu mereka ke ruang operator CCTV. Mereka melihat rekaman di ruang rawat 12
jam terakhir. Para penjaga tampak malas-malasan menjawab pertanyaan mereka.
Mereka tidak menemukan apapun dari rekaman itu. Emma –yang kerjaannya memang
tukang nyari orang- langsung menyadari kalau yang di rekaman itu bukan kamar
Doe, tapi kamar yang di dekorasi oleh Henry dan teman-temannya. Salah satu
penjaga yang berjanggut (kayaknya salah satu kurcaci di Negeri Dongeng deh)
menuduh temannya tertidur, sampai salah memutar rekaman.
Setelah menemukan rekaman yang
asli, barulah nampak Doe berjalan ke luar dari kamarnya sekitar 4 jam yang
lalu. Emma bertanya pintu keluar kamar Doe itu mengarah kemana? Penjaga
berjanggut menjawab itu ke arah hutan.
Negeri
Dongeng
Charming mengikuti Snow untuk mendapatkan cincin ibunya kembali. Mereka menyusuri hutan. Katika meniti jembatan, Charming mengulurkan tanganya untuk membantu Snow melaluinya. Sejenak Snow menolak bantuan Charming, tapi akhirnya dia menyambut tangan Charming juga, hehehe.
Snow berjalan sambil memainkan
liontin kalungnya. Charming bertanya apa isi mainan kalungnya itu. Snow tidak
mau memberitaunya. Charming merampasnya! Hehehe.
Hati-hati, kata Snow, itu
senjata.
Senjata? Macam debu gitu? Tanya
Charming.
“Debu peri.” Jawab Snow sambil
mencoba merebutnya. “itu senjata mematikan. Debu itu bisa membuat musuh jadi
mudah dilumatkan.
“Kenapa kau tidak menggunakannya
padaku?” tanya Charming.
“Karena kau tidak pantas
mendapatkannya!” jawab Snow kesal. Charming memasukkan Kalung itu ke dalam
bajunya sambil tertawa karena perkataan Snow. “Debu itu sangat sulit
didapatkan. Aku akan menggunakannya untuk seseorang yang spesial.” Lanjut Snow.
“Ah, Ratu.” Tebak Charming. “Kau
menyimpan banyak kemarahan, Snow.”
Snow menjelaskan kalau tuduhan di
poster ‘Wanted’ itu bohong. Ratu mengirim pemburu untuk mengambil jantungnya.
Charming bertanya apa yang terjadi sebenarnya.
Jawab Snow, tidak semua pemburu
itu tidak punya perasaan. Pemburu yang terakhir kasihan padanya, malah
melepaskannya dan membiarkannya pergi. Itulah sebabnya dia sembunyi di hutan
untuk mengumpulkan keberuntungan untuk lari ke tempat lain. Tempat di mana aku
terlindung dan tidak bisa disakiti.
Charming bilang itu pasti
kesepian.
Snow malah meyangkal,”Tidak
terlalu kesepian dibanding pernikahan yang dijodohkan.” Nyindir kali ya.
“Setidaknya aku tidak pernah
mencuri dari orang lain.” Charming balas menyindir Snow yang mencuri kantung perhiasannya.
Snow bilang sebenarnya dia cuma
pernah mencuri dari Ratu. Dia hanya melakukan apapun untuk bertahan hidup,
karena Ratu menginginkannya mati.
Charming bertanya, apa yang
dilakukan Snow sampai Ratu berbuat seperti itu.
“Ratu menyalahkanku karena telah
menghancurkan hidupnya.”
“Apa kau melakukannya?” tanya
Charming.
Snow menjawab “Ya.”
Lalu mereka tiba di sungai. Snow
minta ijin untuk minum air sungai karena dia merasa haus dan Charming
mengijinkannya. Snow minum duluan. Saat Charming minum, Snow menghampirinya dan
menendang perutnya. Karena diserang tiba-tiba, Charming tidak bisa melawan.
Lalu Snow mendorongnya ke sungai dan cepat-cepat mengambil kantung uang dari
dalam tas Charming. Sedang Charming hanyut tuh di sungai.
Snow berlari ke dalam hutan. Di
persimpangan jalan dia bingung mau mengambil jalan yang mana. Tiba-tiba
prajurit kerajaan kiriman Ratu menghadang jalannya, tentu aja dia kaget dan ketakutan.
Dia bermaksud memakai debu peri
untuk menghadapi para prajurit itu. Dia meraba lehernya tapi tak mendapatkan
kalung debu peri itu. Oh ya, kalung itu kan diambil Charming. Seorang prajurit
turun dari kudanya dan menghampiri Snow dan bilang dia tidak akan mengecewakan
Ratu yang menginginkan jantung Snow. Dia mengeluarkan sebuah belati dan bersiap
menusuk jantung Snow. Hiii....
Bersambung....
>> Episode 3 Bag 2