Minggu, 12 Januari 2014

CERITAKU: OPERASI SINUSITIS

Assalamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuuh.

Met Malam, Sahabat.
Cerpen yang sudah aku posting sebelumnya, yang ini nih, sekilas ada menyebut Sinusitis. Kalau Sahabat pengen tau apa itu Sinusitis, Sahabat bisa cari di blog lain, banyak kok yang mebahasnya secara detail.

Kenapa aku menyelipkan Sinusitis dalam cerpen itu, karena aku mengalami Sinusitis itu. Tepatnya Januari 2013, aku mulai merasakan pusing dan sakit kepala, tapi hanya di kepala sebelah kiri. Awalnya aku tidak terganggu, aku masih bisa kerja. Makin lama makin kuat, sampai-sampai aku sering izin nggak masuk kerja.

Awalnya aku berobat ke dokter spesialis paru-paru, karena aku mengalami batuk-batuk seminggu lebih. Disuruh rontgen, hasilnya paru-parunya bersih, hanya ada setitik flek putih di bagian atas paru-paru kanan-yang awalnya dicurigai TB-alhamdulillah bukan. Ternyata batukku hanya alergi, dikasih resep Cetirizine 10 mg, nggak sampai seminggu, batuknya sudah hilang. 

Setelah itu baru aku merasakan pusing dan sakit kepalanya, masih berobat ke dokter spesialis paru-paru itu juga. Dokter memberikan obat penghilang rasa nyeri dari yang paling ringan sampai yang paling kuat (hanya boleh diresepkan satu kali ), tapi rasa sakitnya nggak berkurang. Dokter mencurigai kalau aku ada Sinusitis, disuruh rontgen lagi. Eh, ternyata benar, Aku menderita Sinusitis Maksilaris di pipi sebelah kiri.

Jadi aku pindah berobat dari dokter spesialis paru-paru ke spesialis THT, aku diberi obat pereda nyeri, antibiotik dan vitamin (karena pemicu Sinusitis-ku itu alergi, jadi dokter memberikan vitamin supaya daya tahan tubuhku meningkat). Setelah seminggu, rasa sakitnya nggak berkurang juga, aku diresepkan obat semprot hidung. Hanya kupakai sekali, malah semakin sakit. Melihat aku yang semakin kesakitan, Mamak melarikan aku ke rumah sakit, masuk IGD! Dan harus opname pula! Karena kondisi tubuhku yang lemah,

Hari ke dua opname, aku ingat itu hari Sabtu, 16 Februari 2013, dokter memutuskan melakukan tindakan Spooling (pembersihan, kalau nggak salah, ya, hehehe). Aku deg-degan dong, mau diapakan hidungku ini.

Duduk di ruang tunggu Bedah THT, menunggu hidungku 'diapa-apakan' sama dokter, aku ngobrol sama pasien-pasien lain. Kami berempat, Sinusitis semua, dan semuanya ketauan Sinusitis karena mengalami sakit kepala! Satu per satu masuk ke ruang operasi, tapi hanya lima menit kok keluar  lagi ya? Bingung juga. Mau nanya, udah takut duluan. Giliranku terakhir dipanggil, aduh! Pasrah aja deh!

Dokter menyuruhku duduk di sebuah kursi, mirip seperti kursi di ruang praktek dokter gigi. Perawat yang mendampingi ada dua atau tiga orang. Aduh, mau diapakan aku ini? Ternyata dokter (aku ingat betul nama dokter itu, terima kasih dr. Beresman, ^_^) memasukkan kapas yang sudah diberi obat bius ke dalam hidung sebelah kiri, terus dimasukkan sampai ke pangkal hidung. Rasanya? Aku sampai meneteskan air mata waktu kapas itu dipaksa masuk ke pangkal hidung, hiks hiks. Terus aku disuruh keluar. Lho, apa udah siap, ya? Rupanya belum. Dokter bilang, aku harus nunggu sekitar lima belas menit agar biusnya bekerja.


Waktu aku keluar dari ruang Bedah THT, orang pertama yang dibius disuruh masuk lagi, keluar-keluar, eh udah ada kapas dihidungnya. Wuaduh, diapakan tuh hidung. Mungkin si Mamak merasakan ketakutanku, beliau bilang, "Berdoa aja yang banyak, biar diberikan kesembuhan sama Allah." Alhamdulillah, ada Mamak, adekku Sherly, sama dua siswaku (Iin dan Aliyah) yang mendampingiku.

Tiba giliranku, dengan menenteng botol infus, aku akan segera dioperasi. Waduh, nggak kebayang deh perasaanku waktu itu. Aku dipasangkan celemek, kulihat kegiatan perawat di sebelah kiriku, dia merobek botol infus ( aku nggak lihat cairannya apa, ntah Ringer Laktat, Ecosol, atau Nacl), trus disemprotkannya Betadine ke cairan botol infus itu. Perawat yang lain menyiapkan alat ntah apa, tapi seperti selang dan alat suntik yang bueeesaaar!.

Setelah peralatan siap, mataku ditutup pakai masker, dokter yang ganteng itu bilang, "Buka mulutnya. Nikmati aja prosesnya ya, Lyena...." Kapas bius tadi dikeluarkan, terus kurasakan sebuah alat masuk ke hidungku. Lalu alat itu didorong ke kiri sampai sekat hidung dan rongga sinus di pipi kiri jebol! Rasanya sih nggak sakit, tapi kan kita tau tuh sekat dibolongi, bunyinya "Kraaak", huft! Belum hilang rasa kagetku, hidungku rasanya disemprot, (mungkin pake cairan infus tadi), sampai berapa kali. Air semprotan itu keluar beserta darah (dan mungkin nanah, hiyyy), dari hidung juga mulut, bahkan tertelan. Sekitar lima menit setelah itu, baru penutup mataku dibuka dan hidungku yang sebelah kiri disumpal kapas. Begitulah proses Spooling-ku kemarin.

Setelah operasi itu, ya aku harus makan bubur dua hari. Aku nggak bisa ngunyah karena hidungnya nggak boleh banyak digerakkan.

Jadi, Sahabat yang akan di-spooling (mudah-mudahan jangan deh), yaaa serahkan aja sama Allah. Moga diberi kemudahan dalam proses operasinya dan segera diberi kesembuhan oleh Allah SWT.

Sekian dulu ceritaku hari ini.
Mudah-mudahan bermanfaat.
Insya Allah besok-besok disambung lagi.
Wassalam.
^_^

Minggu, 05 Januari 2014

Cerpen: PENANTIAN CINTA (Bagian 3)



Revan melihat genangan air mata di sudut mata kanan Rani. Genangan itu perlahan turun ke wajah Rani. Ia terkejut dan bangkit dari duduknya. Lalu dengan lembut ia  menepuk-nepuk pipi Rani.
“Rani, buka matamu. Aku datang, Sayang.”
Perlahan Rani membuka matanya. Revan pun mengucap syukur berulang kali.
“Sayang, ini aku, Mas Revan.”
“Mas…,” Rani berbisik pelan. Tangan kanannya terangkat. Revan langsung menggenggamnya.
“Ya, ini Mas Revan, suami kamu.”
“Su… suamiku?”
“Ya, aku... aku mencintaimu.”
Air mata Rani mengalir lagi. Revan memeluknya, lalu mengecup kening  Rani dengan lembut.
“Alhamdulillah kamu sudah bangun, Sayang. Maaf, kalau selama ini aku mengabaikan dan membuatmu menunggu terlalu lama. Sekarang aku akan tetap berada di sisimu, karena itu kamu harus sembuh,” Revan memandang Rani dengan haru.
Rani mengangguk pelan dan tersenyum.
***
            Sekuntum mawar merah merekah di sebuah jambangan di atas meja rias.  Berjejer dengan beberapa foto mesra. Foto Rani dan Revan. Revan memandanginya satu per satu. Tak lama kemudian, seseorang memeluknya dari belakang. “ Hai, Tampan …. “
            “ Hai, juga Cantik.” Revan menjawab sambil mengecup pipi Rani.
“Hari ini kita jadi ke Parapat kan, Mas? Lihat Danau Toba?”
“Jadi dong. Sudah siap?”
            Yang ditanya mengangguk mantap dan tersenyum, manis sekali.
                                                           
                                                                -Selesai-