Revan
melihat genangan air mata di sudut mata kanan Rani. Genangan itu perlahan turun
ke wajah Rani. Ia terkejut dan bangkit dari duduknya. Lalu dengan lembut
ia menepuk-nepuk pipi Rani.
“Rani,
buka matamu. Aku datang, Sayang.”
Perlahan
Rani membuka matanya. Revan pun mengucap syukur berulang kali.
“Sayang,
ini aku, Mas Revan.”
“Mas…,”
Rani berbisik pelan. Tangan kanannya terangkat. Revan langsung menggenggamnya.
“Ya,
ini Mas Revan, suami kamu.”
“Su…
suamiku?”
“Ya,
aku... aku mencintaimu.”
Air
mata Rani mengalir lagi. Revan memeluknya, lalu mengecup kening Rani dengan lembut.
“Alhamdulillah
kamu sudah bangun, Sayang. Maaf, kalau selama ini aku mengabaikan dan membuatmu
menunggu terlalu lama. Sekarang aku akan tetap berada di sisimu, karena itu
kamu harus sembuh,” Revan memandang Rani dengan haru.
Rani
mengangguk pelan dan tersenyum.
***
Sekuntum mawar merah merekah di
sebuah jambangan di atas meja rias.
Berjejer dengan beberapa foto mesra. Foto Rani dan Revan. Revan
memandanginya satu per satu. Tak lama kemudian, seseorang memeluknya dari
belakang. “ Hai, Tampan …. “
“ Hai, juga Cantik.” Revan menjawab
sambil mengecup pipi Rani.
“Hari
ini kita jadi ke Parapat kan, Mas? Lihat Danau Toba?”
“Jadi
dong. Sudah siap?”
Yang ditanya mengangguk mantap dan
tersenyum, manis sekali.
-Selesai-
0 komentar:
Posting Komentar