Kamis, 30 Juli 2015

Once Upon A Time Episode 3 (Bagian 1)

Assalamualaikum Wr., Wb.


ONCE UPON A TIME Episode 3 (Bagian 1)

‘Snow Falls’


Negeri Dongeng

Sebuah kereta berkuda berjalan di tengah hutan. Di dalamnya ada Pangeran Charming dan tunangannya. Bukan, bukan Snow White. Tapi orang lain, aku belum tau nih namanya.

Charming bertanya pada bagaimana pendapat tunangannya tentang perjalanan mereka. Tunangannya jawab, “Aku pernah lihat yang lebih baik. Ini akan lama. Sudah kubilang jalan troll lebih cepat. Dan jauh lebih rata.” Beuh, sombong kali cakapnya. Kesan pertama aku kurang suka dengan karakter tunangan Charming.


Charming malah asyik melihat sebuah tas kecil atau dompet lah kubilang. Tiba-tiba kereta berhenti. Charming meninggalkan dompet itu di kursi kereta dan keluar melihat apa yang terjadi.


Ternyata ada pohon tumbang dan Charming memeriksa pohon itu. Charming menemukan keanehan bekas patahan pohon, patahannya rapi, seperti sengaja ditebang untuk menghalangi jalan.


Charming langsung menyadari kalau itu jebakan. Tapi terlambat, perampok sudah mengambil dompet Charming yang di dalam kereta. Tunangannya histeris melihat perampokan di depan matanya.


Perampok itu melarikan diri dengan kudanya. Charming segera mengambil kuda prajuritnya dan mengejar perampok itu. Tak lama Charming bisa menjatuhkan perampok itu dari kudanya. Dan segera menghampiri perampok itu yang ternyata seorang perempuan. Oh, ya ampun! Snow White!



Eh, kayaknya cerita ini berjalan mundur, he eh, ini kayaknya menceritakan pertemuan pertama Charming dengan Snow White.
Snow mengambil batu memukul Charming dan dengan sigap kabur dari tempat itu. Karena sadar tak bisa mengejar, dia cuma bisa berteriak marah pada Snow, “Kemana pun kau pergi, aku akan menemukanmu!” sambil mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Sedang Snow melihat ke arah Charming dengan tersenyum senang karena dia bisa kabur.

Dunia Nyata

Mary sedang minum di kafe Nenek. Ternyata dia sedang kencan dengan dokter yang merawat John Doe, Si Charming di dunia nyata. Si Dokter bertanya tentang anak-anak Mary yang berjumlah 15 orang. Busyet! Banyak amat! Tentu aja Mary menyangkal, anak-anak  yang banyak itu maksudnya adalah murid-muridnya. Hahaha, oh gitu....


Rupanya Mary punya program semacam study tour ke rumah sakit Si Dokter untuk murid-muridnya. Mereka akan jadi suka relawan. Nampaknya Si Dokter menyetujuinya.
Kembali bicara soal anak. Mary tentu nggak mau punya 15 anak, banyak gitu! Kayak mana ngasih makannya ya? Tapi Mary memang menginginkan anak, menikah dan punya cinta sejati.
Si Dokter malah nggak fokus dengar kata-kata Mary. Perhatiannya malah tertuju pada si pelayan seksi yang lagi melayani pelanggan di belakang Mary. Ya ampun! Dasar mata keranjang!  Dan Mary menyadarinya! Dia nggak mau melanjutkan kencan pertama itu. Dia segera memnggil pelayan seksi itu yang ternyata bernama Ruby. Mary meminta Ruby membawa bill tagihan mereka. Kayaknya Mary yang bayar deh! Ckckck!

Mary pulang dengan jalan kaki. Mukanya ditekuk! Siapa yang nggak kesal coba! Aish...
 Jam besar di tengah kota menunjukkan pukul 21.40. Mary melihat mobil Emma yang terparkir. Dia penasaran. Ternyata Emma lagi baca koran di mobilnya, pake senter! Kayaknya dia lagi cari lowongan kerja.


Mary menebak kalau Emma berencana tidur di mobilnya malam ini. Emma mengiyakan sampai dia dapat tempat tinggal. Dia kan udah diusir dari penginapan gara-gara perintah Regina pada Nenek pemilik penginapan.Mary senang Emma memutuskan untuk tinggal demi Henry.
Emma keluar dari mobil dan menanyakan kenapa Mary keluar malam-malam. Mary jawab daia ada kencan. Emma bisa nebak kalau kencannya pasti berantakan! Hahaha. Emma bilang setidaknya cowok itu yang bayar. Mary menggeleng! Kan bener! Mary yang bayar! Ah! Keseel!
Mary menawarkan tinggal di rumahnya, ada kamar kosong katanya. Emma menolak, dia tidak terbiasa berbagi kamar dengan orang lain, lebih baik dia cari etmpat sendiri. Mary mengerti, “Good luck with Henry,”katanya. Dia pun pulang.
Besoknya. Terlihat Mary dan murid-muridnya di rumah sakit, mereka membantu apa yang bisa dibantu. Mary heran melihat Henry malah ada di kamar John Doe.



Mary memanggilnya untuk membantu dekorasi. Henry bertanya apa Tuan Doe akan baik-baik saja? Mari bilang namanya bukan John Doe, itu hanya panggilan orang-orang pada Tuan Doe karena mereka tidak tahu nama sebenarnya.


Henry bertanya siapa Doe sebenarnya. Mary jawab tidak tau, Doe sudah tidak sadar seperti itu sejak dia jadi sukarelawan. Henry tanya lagi apa Doe tidak punya tema atau keluarga? Mary bilang tidak ada yang mengakuinya. Henry ingin memastikan apa Mary benar-benar tidak mengenalnya? Hahaha. Kan menurutnya Doe itu Si Charming jodohnya Mary yang menurutnya lagi adalah Snow  White. Mary menggelang dan mengajak Henry keluar dari kamar itu.
Henry ada di kastilnya bersama Emma.

Henry menunjukkan gambar Charming dan bilang pada Emma dia tau siapa ayah Emma, Prince Charming. Charming sedang koma di rumah sakit. Lihatlah luka di kepalanya, tunjuknya pada Emma.

Emma Cuma bilang banyak orang punya bekas luka yang sama. Henry ngotot, di tempat yang sama! Tidakkah Emma menyadari apa artinya? Kutukan memisahkan mereka, terpisah karena koma. Mereka harus memberitau Nn. Blancard (Mary) kalau mereka sudah menemukan Prince Charming-nya.


Emma setuju, tapi apa itu tidak menyakiti Mary jika mereka memberitau seseorang yang dicarinya sedang koma, itu menyedihkan! Henry membujuk, bagaimana kalau dia benar dan mereka sudah tau siapa Doe dan Mary sebenarnya.
Apa rencana Henry? Ternyata membuat mereka mengingat masa lalunya. Mereka harus membacakan kisah di buku dongeng itu pada John Doe. Emma tampak berpikir, dia akhirnya setuju, yeay! Kemakan bujukan Henry dia!  Henry aja sampai tidak yakin. Hehehe. Emma bilang dia yang akan bicara pada Mary.
Mary menyiapkan dua cangkir cream dan meletakkan kayu manis di dalamnya. Untuknya dan untuk Emma. Hmm... kesukaan mereka sama!

Mary bertanya, apa dia harus membaca untuk pasien koma. Emma jawab kalau itu adalah ide Henry  untuk membuat Doe ingat siapa dirinya sebenarnya.
Menurut Henry, Doe itu siapa? Tanya Mary.
Tanpa ragu Emma jawab, “Prince charming.”
Mary  bilang, “Kalau aku Snow White, maka dia... aku dan dia....” Mary tidak sanggup meneruskan kalimatnya. Hahaha.


Emma bilang imajinasi Henry sangat aktif, dia tidak bisa menjelaskan ketidakbenaran yang Henry  yakini, jadi kita harus menunjukkannya.
“Dengan mengikuti permainannya?”  tanya Mary.
“Lakukan apa yang dia katakan, lalu mungkin...” bujuk Emma
Dan Mary langsung meneruskan, “Henry akan melihat kalau tidak ada yang seperti dongeng itu, cinta pada pandangan pertama atau ciuman pertama. Dia akan melihat kenyataannya.” Emma mengiyakan.
Mary bilang ini adalah rencana yang agak jenius, membuat Henry melihat kebenaran tanpa menyakitinya. Emma memberikan buku dongeng itu dan berjanji mereka akan bertemu besok pada sarapan pagi di kafe Nenek dan Mary harus siap dengan laporannya.
Mary bilang sepertinya dia harus bersiap dengan kencannya.
***

Mulailah Mary berkencan dengan John Doe, di rumah sakit. Kencan yang aneh, hehehe.
“Dengar, aku tau ini aneh, tapi aku melakukannya untuk... seorang teman. Jadi, tetaplah mendengarkan.”

Mary membuka asal buku dongeng itu dan membacanya. Pas pula dengan kejadian pencurian dompet Charming.
“Ketika pangeran mengejar pencuri  dengan kuda melalui hutan berbahaya, tunangannya menyilangkan lengannya dan mencibir berapa lama lagi waktu yang membosankan ini akan berlalu dan melanjutkan perjalanan lagi. Pancuri  itu melompat dari jatuhnya. Mereka tidak membutuhkan kata-kata untuk mengungkapkan ekspresi mereka, apa yang dirasakan hati mereka. Dan di sinilah, di dalam bayangan jembatan troll, cinta mereka tumbuh. Di mana mereka tau, tak peduli seberapa jauh mereka berpisah, mereka akan selalu...!” Ucapan Mary terhenti karena tiba-tiba Doe memegang tangannya! Ups! Mary terkejut.


Mary dan dokter (yang mata keranjang itu, loh!) berlari-lari menuju kamar Doe dengan terburu-buru.
“Aku yakin dia bangun. Dia memegang tenganku.” Jelas Mary pada dokter.
Dokter langsung memeriksa Doe, Sedang Mary tersenyum senang. Tapi dokter bilang tidak ada yang berubah, semua seperti biasa. Dokter bertanya apa yang dilakukan Mary di sini.


Mary bilang dia hanya membacakan sebuah cerita. Dokter bilang pasti Mary tertidur dan berhalusinasi. Tentu saja Mary menyangkal. Dokter meyakinkan kalau tidak ada yang berubah dengan Doe. Mungkin terjadi Fluktuasi (aku nggak ngerti apa artinya!) karena sebuah bacaan. Mungkin kau mendengar suara mesin register (ini apa lagi artinya?) dan kau salah paham. Dokter meyuruhnya pulang dan istirahat, kalau ada perkembangan dia akan menghubungi Mary.
Walaupun Mary ingin menjelaskan lagi tapi dia menuruti dokter dan tak lupa dia membawa buku dongengnya.
Lalu dokter (oh, namanya dr. Whale) menelpon seseorang. “Kau menyuruhku memberitaumu kalau ada perubahan pada John Doe. Sesuatu terjadi.” Kan! Berati dia bohong sama Mary. Memang ada perkembangan dengan Doe!

Ternyata yang diteleponnya adalah... yap! Regina!
Regina terkejut. Dr. Whale menjelaskan kalau seorang sukarelawan mengatakan Doe memegang tangannya. Ada rangsangan fluktuasi dari aktifitas otak.”
Regina penasaran siapa sukarelawannya.
Dr. Whale menjawab, “Mary Margaret Blanchard.” Bisa dibayangkan kan reaksi Regina. Aissh, dia kesal setengah mati.

Di kamarnya, Mary membuka buku dongeng itu lagi. Kayaknya dia mulai penasaran deh! Dia membuka asal buku itu dan menemukan halaman yang bergambar Snow White sedang menenteng lentera.


Negeri Dongeng

Snow White menenteng sebuah lentera, lalu meletakkannya di sebuah meja.

Dia memasukkan barang-barangnya ke dalam sebuah kantung. Tak lupa dia memakai sebuah kalung yang mainannya berbentuk love, kayaknya ada isinya tapi belum tau apa itu. Lalu dia menutup kepalanya dengan mantelnya. Dia terburu-buru sekali. Oo iya, dia kan pencuri yang dalam pengejaran Charming!

Snow keluar dari tempat persembunyiannya yang ternyata sebuah pohon besar yang dilubangi. Dia menatap sebentar pohon itu lalu beranjak pergi.

Belum berapa langkah, eh dia masuk perangkap yang dibuat oleh... Charming!


Snow histeris. Dia berteriek-teriak minta tolong.
Charming datang dengan tertawa puas, “Aku kan sudah bilang akan menemukanmu! Tak peduli papun yang kau lakukan, aku akan tetap menemukanmu. ”

Snow protes, “Apa ini satu-satunya cara menjebak wanita?”

“Ini satu-satunya cara menangkap pencuri.”
“Apakah kau benar-benar Prince Charming?”
“Kau tau aku punya nama.”
“Tak peduli! ‘Charming’ cocok untukmu. Sekarang turunkan aku, Charming!”
“Aku akan melepaskanmu jika kau mengembalikan kantung kulit (oh, aku malah bilangnya dompet, hehehe) dan perhiasanku.”
Mereka masih berdebat. Saat Charming tanya di mana perhiasannya, Snow bilang dia sudah menjualnya. Tentu aja Charming kaget. Di kantung itu ada cincin ibunya yang akan diberikannya pada tunangannya.
Snow langsung menebak, “Gadis yang punya sifat buruk itu?!”
“Dia tunanganku.” Jawab Charming tak terima.
Snow tersenyum agak-agak mengejek gitu, “Kau pasti mendapatkan sesuatu yang mengesankan hingga menyetujui pertunangan itu.” Hahaha. Tentu aja Charming makin tak terima, “Maaf,” katanya, masih mencoba sopan pada Snow.
Snow malah berkoar, “Cinta sejati? Itu tidak ada. Pernikahanmu pasti karena dijodohkan dan berhubungan dengan transaksi bisnis. Tak ada cinta pada pandangan pertama atau ciuman pertama.”
Charming jengah mendengarnya, ingin menjawab tapi Snow malah makin menyudutkannya.
“Biar kutebak,” kata Snow. “Kerajaannya pasti ingin merebut kerajaanmu. Apa pernikahan ini uasaha terakhir untuk menghindari perang?”
Charming mulai emosi, “Ini bukan perebutan, tapi penggabungan. Dan ini bukan urusanmu! Kita buat perjanjian. Aku akan menurunkanmu dan kau bawa aku pada siapa yang memiliki perhiasanku itu. Lalu kau mengembalikan cincin itu padaku.”
Snow bertanya kenapa ia harus melakukannya.
“Karena kau pasti tidak mau orang lain tahu siapa dirimu sebenarnya,” kata Charming mengambil sesuatu dari dalam bajunya. Snow penasaran apa yang diambil Charming.
“Snow White.” Ternyata Charming mengeluarkan sebuah kertas yang tertulis ‘WANTED’ dan di bawahnya ada gambar wajah Snow yang dianggap sebagai pemberontak Ratu. Snow tampak berpikir. Charming mengancam, “Bantu aku mendapatkan cincinku atau aku akan membawamu pada Ratu.”

“Baiklah. Aku kan membantumu mendapatkan cinta sejati.” Kata Snow dengan pasrah. Charming mengambil pedangnya dan menebas tali jebakan yang menjerat Snow.

Dunia Nyata

Emma dan Henry menunggu Mary di kafe Nenek (untuk seterusnya aku akan menyebut Nenek dengan Granny). Henry meminjamkan baju ibunya pada Emma karena kayaknya Emma gak punya baju ganti. Begitu melihat Mary masuk, Emma mengingatkan agar Henry jangan terlalu berharap tentang John Doe.


Mary bergabung dengan mereka. Tanpa basa-basi ia memberitau kalau Doe bangun! Wahaha, Emma kaget, berbanding terbalik dengan prasangkanya. Sedangkan Henry senang, “Aku tahu,” katanya.

Mary mnjelaskan kalau bangun yang dimaksudnya Doe bukan sadar, tapi Doe memegang tangannya.
Henry penasaran apa kata dokter. Mary bilang kalau dokter mengatakan kalau ia hanya berhalusinasi. Mary tak terima, dia tidak gila, karena dia yakin itu benar terjadi. Henry menyarankan kalau mereka harus menemui Doe lagi dan membacakan buku itu lagi. Mary langsung mengajak Henry pergi.
Emma yang baru sadar dari kagetnya mencoba menghalangi mereka berdua. “Kau tidak percaya!” katanya pada Mary. Mary bilang dia memang tidak percaya kalau Doe itu Prince Charmiing, tapi entah kenapa dia merasa punya hubungan dengan Doe.
Sesampainya di rumah sakit, Henry langsung dicegah sama Sherif yang bilang kalau Doe hilang! What? Mereka bertiga kaget. Kok bisa?

Mereka langsung melihat ke arah kamar Doe. Dan kalian tau siapa yang di dalam? Ada Regina lagi berkacak pinggang sedang menatap tajam ke arah mereka.



Regina keluar dan bertanya apa yang Emma lakukan di sini. Lalu dia menarik Henry dan bilang kalau Henry sudah berbohong karena katanya dia ada di tempat bermain. Mary bertanya kemana Doe? Apa ada yang membawanya pergi? Sherif menjelaskan kalau infusnya dilepaskan tapi tidak ada tanda pengrusakan.
Henry langsung bertanya pada Regina, apa yang sedang dilakukan ibunya? Regina menyangkal kalau ini ada hubungan dengannya. Emma langsung nyosor dengan berkata, “Heran, kenapa walikota ada di sini?”
Regina bilang karena dia adalah kontak darurat Doe. Mary tanya apa Regina mengenal Doe? Regina jawab dia menemukan Doe setahun yang lalu di pinggir jalan, tanpa identitas. Jadi dia membawanya ke rumah sakit.

Dr. Whale yang jelas-jelas pendukung walikota, terang aja membela dengan bilang kalau Regina telah menyelamatkan nyawa Doe dan bilang kalau mereka harus membawa Doe kembali karena kalau tidak, ya.... gitu deh!
Emma bilang, ya udah, ayo kita cari.
Tapi Regina bilang ini bukan urusan Emma. Karena dia tidak bisa menjauhkan Emma dari Henry, maka dia yang akan menjauhkan anaknya itu dari Emma. Selamat memakai pakaianku, kata Regina, karena cuma itu yang bisa Emma dapatkan. Lalu dia memerintahkan Sherif untuk segera mencari Doe. Dia menarik Henry pulang bersamanya. Emma dan Mary hanya terdiam melihatnya.
Sherif bertanya pada dr. Whale, kapan terakhir dokter melihatnya? Dr. Whale bilang sekitar 12 jam yag lalu. Lalu mereka ke ruang operator CCTV. Mereka melihat rekaman di ruang rawat 12 jam terakhir. Para penjaga tampak malas-malasan menjawab pertanyaan mereka. Mereka tidak menemukan apapun dari rekaman itu. Emma –yang kerjaannya memang tukang nyari orang- langsung menyadari kalau yang di rekaman itu bukan kamar Doe, tapi kamar yang di dekorasi oleh Henry dan teman-temannya. Salah satu penjaga yang berjanggut (kayaknya salah satu kurcaci di Negeri Dongeng deh) menuduh temannya tertidur, sampai salah memutar rekaman.


Setelah menemukan rekaman yang asli, barulah nampak Doe berjalan ke luar dari kamarnya sekitar 4 jam yang lalu. Emma bertanya pintu keluar kamar Doe itu mengarah kemana? Penjaga berjanggut menjawab itu ke arah hutan.



Negeri Dongeng

Charming mengikuti Snow untuk mendapatkan cincin ibunya kembali. Mereka menyusuri hutan. Katika meniti jembatan, Charming mengulurkan tanganya untuk membantu Snow melaluinya. Sejenak Snow menolak bantuan Charming, tapi akhirnya dia menyambut tangan Charming juga, hehehe.

Snow berjalan sambil memainkan liontin kalungnya. Charming bertanya apa isi mainan kalungnya itu. Snow tidak mau memberitaunya. Charming merampasnya! Hehehe.

Hati-hati, kata Snow, itu senjata.
Senjata? Macam debu gitu? Tanya Charming.
“Debu peri.” Jawab Snow sambil mencoba merebutnya. “itu senjata mematikan. Debu itu bisa membuat musuh jadi mudah dilumatkan.

“Kenapa kau tidak menggunakannya padaku?” tanya  Charming.
“Karena kau tidak pantas mendapatkannya!” jawab Snow kesal. Charming memasukkan Kalung itu ke dalam bajunya sambil tertawa karena perkataan Snow. “Debu itu sangat sulit didapatkan. Aku akan menggunakannya untuk seseorang yang spesial.” Lanjut Snow.
“Ah, Ratu.” Tebak Charming. “Kau menyimpan banyak kemarahan, Snow.”
Snow menjelaskan kalau tuduhan di poster ‘Wanted’ itu bohong. Ratu mengirim pemburu untuk mengambil jantungnya. Charming bertanya apa yang terjadi sebenarnya.
Jawab Snow, tidak semua pemburu itu tidak punya perasaan. Pemburu yang terakhir kasihan padanya, malah melepaskannya dan membiarkannya pergi. Itulah sebabnya dia sembunyi di hutan untuk mengumpulkan keberuntungan untuk lari ke tempat lain. Tempat di mana aku terlindung dan tidak bisa disakiti.

Charming bilang itu pasti kesepian.
Snow malah meyangkal,”Tidak terlalu kesepian dibanding pernikahan yang dijodohkan.” Nyindir kali ya.
“Setidaknya aku tidak pernah mencuri dari orang lain.” Charming balas menyindir Snow yang mencuri kantung perhiasannya.
Snow bilang sebenarnya dia cuma pernah mencuri dari Ratu. Dia hanya melakukan apapun untuk bertahan hidup, karena Ratu menginginkannya mati.
Charming bertanya, apa yang dilakukan Snow sampai Ratu berbuat seperti itu.
“Ratu menyalahkanku karena telah menghancurkan hidupnya.”
“Apa kau melakukannya?” tanya Charming.
Snow menjawab “Ya.”
Lalu mereka tiba di sungai. Snow minta ijin untuk minum air sungai karena dia merasa haus dan Charming mengijinkannya. Snow minum duluan. Saat Charming minum, Snow menghampirinya dan menendang perutnya. Karena diserang tiba-tiba, Charming tidak bisa melawan. Lalu Snow mendorongnya ke sungai dan cepat-cepat mengambil kantung uang dari dalam tas Charming. Sedang Charming hanyut tuh di sungai.


Snow berlari ke dalam hutan. Di persimpangan jalan dia bingung mau mengambil jalan yang mana. Tiba-tiba prajurit kerajaan kiriman Ratu menghadang jalannya, tentu aja dia kaget dan ketakutan.



Dia bermaksud memakai debu peri untuk menghadapi para prajurit itu. Dia meraba lehernya tapi tak mendapatkan kalung debu peri itu. Oh ya, kalung itu kan diambil Charming. Seorang prajurit turun dari kudanya dan menghampiri Snow dan bilang dia tidak akan mengecewakan Ratu yang menginginkan jantung Snow. Dia mengeluarkan sebuah belati dan bersiap menusuk jantung Snow. Hiii....


Bersambung....

>> Episode 3 Bag 2